Message

Terjemahan

Terjemahan
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
~ ~ Berbagi Asa Cinta Sesama ~ ~ ~ Berbagi Asa Cinta Sesama ~ ~

Wednesday 3 July 2013

Macam - Macam Pesan Error dan Solusi Pada Komputer

Attempted Write To Readonly Memory (stop code 0X000000BE)
Biasanya masalah ini disebabkan adanya kesalahan pada driver atau service. Apabila nama file dan service disebutkan coba uninstal software tersebut atau driver tersebut (rolling back the driver). Dan cari driver yang sesuai dengan Operating System-nya.

Bad Pool Caller (stop code 0X000000C2)
Penyebab masalah ini mirip dengan masalah “Attempted Write To Readonly Memory,” di atas. Selain itu error ini juga dapat disebabkan oleh hardware yang rusak/cacat. Apabila masalah ini muncul ketika sedang melakukan upgrade Windows, itu dapat disebabkan adanya hardware yang tidak kompatibel dengan Windows. Coba lepas hardware yang bermasalah atau cari driver yang sesuai untuk Windwos-nya.

Data Bus Error (stop code 0X0000002E)
Masalah ini biasanya disebabkan karena ada kerusakan/cacat pada hardware, biasanya adalah memory. Selain cacat pada memory bisa juga karena kerusakan motherboard, harddisk, ganti hardwarenya…

Driver IRQL Not Less Or Equal (stop code 0X000000D1)
Disebabkan drivers mengakses hardware address yang tidak sesuai. Bisa juga disebabkan karena masalah seperti pada “Attempted Write To Readonly Memory,” di atas. Lihat masalah “Attempted Write To Readonly Memory” di atas.

Driver Power State Failure (stop code 0X0000009F)
Disebabkan tidak cocok/kompatibel antara “computer’s power management” dengan driver atau services yang berjalan. Biasa terjadi pada saat komputer melakukan “hibernasi”. Apabila nama file dan service disebutkan coba uninstal software tersebut atau driver tersebut (rolling back the driver). Atau coba men-disable “Windows’ support for power management”.

Driver Unloaded Without Cancelling Pending Operations (stop code 0X000000CE)
Penyebab masalah ini mirip dengan masalah “Attempted Write To Readonly Memory,” di atas. Lihat masalah “Attempted Write To Readonly Memory” di atas.

Driver Used Excessive Ptes (stop code 0X000000D)
Lihat pada masalah “No More System PTEs,” di bawah.

Hardware Interrupt Storm (stop code 0X000000F2)
Masalah timbul ketika suatu hardware (USB atau SCSI controller) gagal untuk “melepas” sebuah IRQ. Kegagalan tersebut biasanya disebabkan karena masalah pada driver. Selain itu masalah ini juga dapat timbul karena adanya dua perangkat menggunakan IRQ yang sama.

Inaccessible Boot Device (stop code 0X0000007B)
Biasanya masalah ini timbul pada saat startup Windows apabila Windows tidak dapat membaca data mengenai system boot partition. Bisa juga disebabkan karena harddisk yang error, file boot.ini yang cacat (corrupted). Bila tidak ada masalah pada disk drive, partisi dan file boot.ini (ketika dua Operating System terinstall) coba cek settingan booting pada BIOS. Apabila masalah ini munculketika sedang melakukan upgrade Windows, itu dapat disebabkan adanya hardware yang tidak kompatibel dengan Windows. Coba lepas hardware yang bermasalah atau cari driver yang sesuai untuk Windwos-nya.

Kernel Data Inpage Error (stop code 0X0000007A)
Masalah timbul pada virtual memory, biasanya karena windows tidak dapat membaca atau menulis data ke swap file. Kemungkinan penyebab antara lain bad sectors, virus, memory yang cacat, atau bahkan kerusakan motherboard.

Kernel Stack Inpage Error (stop code 0X00000077)
Penyebab mirip dengan masalah “Kernel Data Inpage Error,” di atas.

Kmode Exception Not Handled (stop code 0X0000001E)
Biasanya masalah ini disebabkan adanya kesalahan pada driver atau service, konfilk IRQ. Apabila nama file dan service disebutkan coba uninstal software tersebut atau driver tersebut (rolling back the driver). Masalah ini juga dapat disebabkan karena kurangnya space pada disk pada saat melakukan instalasi.

No More System PTEs (stop code 0X0000003F)
Masalah muncul karena Windows kekurangan Page Table Entries (PTEs). PTEs digunakan untuk melakukan mapping RAM. Dimana mapping ini dilakukan oleh Virtual Memory Manager (VMM). Masalah ini juga dapat muncul ketika anda menggunakan beberapa monitor sekaligus.
Apabila error tersebut sering muncul, coba untuk menambah alokasi untuk PTEs pada Windows dengan cara sebagai berikut:

  • Buka Registry Editor.
  • Lihat pada: HKEY_LOCAL_MACHINE\SYSTEM\CurrentControlSet\Contro l\Session Manager\Memory Management
  • Double-click pada PagedPoolSize , masukkan value-nya 0 , klik OK.
  • Kemudian double-click pada SystemPages. Jika menggunakan beberapa monitor sekaligus masukkan valuenya 36000. Selain itu masukkan valuenya 40000 jika RAM sebesar 128MB atau kurang. Jika RAM 128MB atau lebih masukkan valuenya 110000.
  • Setelah selesai, klik OK, tutup Registry Editor dan restart komputernya. when you’re done. The change will take effect when you restart Windows.

NTFS File System (stop code 0X00000024)
Error disebabkan adanya masalah yang dilaporkan oleh Ntfs.sys (driver yang berfungsi untuk membaca dan menulis NTFS). Jika masih menggunakan file system FAT 32, error message yang timbul akan mirip (stop code 0X00000023). Masalah ini bisa diatasi dengan mengganti hardisk anda.

Page Fault In Nonpaged Area (stop code 0X00000050)
Penyebab masalah ini mirip dengan masalah “Attempted Write To Readonly Memory,” di atas.

Status Image Checksum Mismatch (stop code 0Xc0000221)
Kemungkinan penyebab error ini adalah kerusakan pada swap file, atau driver yang corrupted.

Solusi 1 : Anda dapat menggunakan Driver Rollback atau System Restore dari safe mode, untuk mengembalikan driver sebelumnya. Anda juga dapat menggunakan Windows XP Professional pemulihan fitur seperti Konfigurasi Baik Terakhir yang Diketahui pilihan startup, Cadangan, atau Automated System Recovery untuk mengembalikan konfigurasi bekerja sebelumnya. Setelah mengembalikan dari media backup, anda mungkin perlu mengajukan permohonan kembali service pack atau hotfix, tergantung pada saat backup dilakukan.

Solusi 2 : Jika pesan Stop nama file tertentu, cobalah menggantinya secara manual dengan salinan dari Windows XP Professional sistem operasi CD dengan mode aman atau Recovery Console. Untuk sistem yang menggunakan FAT16 atau sistem file FAT32, Anda memiliki pilihan untuk menggunakan Windows 98 atau Windows Millennium Edition Emergency Boot Disk untuk mengakses hard disk.
Jika file asli dari CD sistem operasi memiliki nama file yang berakhir dengan tanda garis bawah (_) karakter, Anda tidak dapat menggunakan file sampai terkompresi. Konsol Pemulihan’s Salin perintah ini sangat ideal untuk menyalin file terkompresi karena mendeteksi dan memperluas mereka. Jika Anda tidak menentukan nama file tujuan, Anda harus mengubah nama file diperluas dengan ekstensi yang benar sebelum menggunakannya. Dari safe mode atau Recovery Console, Anda dapat menggunakan perintah Expand uncompress dan menyalin file ke lokasi tujuan. Dalam Recovery Console, file yang diperluas diberi nama yang benar setelah disalin ke lokasi tujuan. Untuk informasi lebih lanjut tentang Expand Menyalin atau perintah, lihat Windows XP Help and Support Centre.

Status System Process Terminated (stop code 0Xc000021A)
Disebabkan adanya masalah pada Winlogon.exe atau pada Client Server Runtime Subsystem (CSRSS). Bisa juga disebabkan karena suatu user dengan level administrator merubah permission suatu file-file penting pada sistem Windows.

Unexpected Kernel Mode Trap (stop code 0X0000007F)
Umumnya error ini disebabkan karena memory yang cacat, kerusakan motherboard atau temperatur prossesor yang tinggi (biasanya terjadi karena overclocking).

Unmountable Boot Volume (stop code 0X000000ED)
Disebabkan karena Windows tidak bisa “mount” boot volume. Lihat juga pada bagian “Inaccessible Boot Device,"
»»  Baca Selengkapnya...

Apa benar 230V yang terbaik ?



Dalam tiga bulan terahir setidaknya saya sudah ngobrol dengan tiga orang rekan yang berpendapat bahwa system high end miliknya baru bersuara paling baik ketika mendapat supply tegangan listrik 230V.
Dari ketiga pembicaraan tersebut saya berasumsi bahwa sepertinya pendapat ini sudah mulai memasyarakat di kalangan orang high end.


Berdasarkan kedua pengalaman tersebut saya menjadi terdorong untuk membuat tulisan ini yang bertujuan untuk meluruskan pandangan tersebut.

Untuk bisa bekerja dengan optimal setiap peralatan audio membutuhkan tegangan kerja tertentu dan tegangan terbaik bagi sebuah system adalah yang sesuai dengan rekomendasipabrik pembuatnya, ini bisa dilihat dari manual atau print yang ada di panel belakang alat tersebut, bisa jadi 120V, 220V, 230V atau 240V, dll, dan tidak harus 230V.

Berdasarkan pengalaman saya beberapa tahun ini mengamati berbagai produk produk impor, memang ada kecenderungan pabrik menset tegangan kerja dari produk tersebut pada 230V, walaupun barang tersebut sebenarnya untuk dijual di Indonesia yang notabene tegangan PLN nya adalah 220V.



Mengapa pabrik cenderung memilih 230V untuk produknya


Secara umum di dunia ini ada dua type tegangan listrik berdasarkan besarnya yaitu tegangan daerah 100V yang meliputi tegangan sbb : Tegangan 100V ( Jepang )
Tegangan 110V ( Taiwan )
Tegangan 120V ( USA, Canada)


Dan tegangan daerah 200V yang meliputi 
Tegangan 220V (Indonesia, Korea, Hongkong, dll)
Tegangan 230V ( Jerman, Perancis, dll) 
Tegangan 240V ( UK, Australia, dll)


Bagi produk yang diset untuk bekerja optimum pada 230V maka ada tiga kemungkinan yang akan dihadapi alat tsb setelah sampai di konsumen yaitu

* Menemukan tegangan 220V

Jika alat menghadapi kondisi ini, secara teknis masih bisa bekerja tapi kemungkinan tidak optimal karena power supply internal dari alat tsb kurang mendapat pasokan tegangan. 

* Menemukan tegangan 230V

Dalam kondisi ini alat akan bekerja paling optimum, karena pada tegangan inilah alat memang dirancang.

* Menemukan tegangan 240V

Jika alat menghadapi kondisi ini, secara teknis masih bisa bekerja tapi juga tidak optimal, karena komponen dalam rangkaian mendapat tegangan lebih yang berakibat lebih kepanasandan untuk jangka panjang mungkin bisa memperpendek umur alat.

Dari ketiga uraian di atas dapat pahami bahwa 230V bukan merupakan pilihan yang terbaik namun juga bukan pilihan yang dapat memberikan kondisi terburuk.

Mengapa beberapa pabrik cenderung menghindari tegangan 220V atau 240V 


Jika alat di set pada 220V namun ahirnya ketemu tegangan 240V, maka kemungkinan alat menjadi mudah rusak, karena alat tersebut sudah mendapat supply tegangan dengan melampaui10% dari batas nominalnya. Kalau alat ini ketemu tegangan kerja 230V, umumnya masih OK, karena mengalami kenaikan tegangan kerja yang hanya sekitar 5%

Jika alat di set pada 240V namun ahirnya ketemu tegangan 220V, maka sangat mungkin alat tidak mau bekerja, karena mendapat supply tegangan yang lebih rendah 10% dari tegangankerja optimalnya. Kalau alat ini ketemu tegangan kerja 230V umumnya juga masih OK karena hanya mengalami penurunan tegangan kerja sekitar 5%.

Atas dasar dua kondisi tersebut di atas maka tegangan kerja 230V seringkali menjadi pilihan walau pada ahirnya belum tentu menjadi pilihan terbaik ketika produk yang bersangkutan dipakai oleh konsumenya, kecuali kalau barang tersebut memang ahirnya ketemu tegangan 230V.



Sebuah Contoh Nyata



Ada sangat banyak aplikasi teknis yang bisa dipilih untuk menjelaskan tujuan dari tulisan ini, akan tetapi saya memilih contoh aplikasi trafo filament dari amplifier tabung sebagai studi kasus, karena mungkin relatif mudah untuk dimengerti.








Gambar 1, di atas adalah skema yang dipersingkat dari sebuah power amplifier tabung menggunakan tabung 6DJ8 yang dirancang untuk bekerja pada tegangan kerja 220V. Pada tegangan 220V ini trafo daya akan menghasilkan tegangan filament tepat sebesar 6.3V, dan tegangan ini adalah tegangan ideal yang dibutuhkan oleh tabung untuk bekerja dengan optimal. Jika tegangan naik menjadi 230V apalagi menjadi 240V, tabung tersebut akan menjadi overheat, umumnya dalam kondisi overheat suara yang dikeluarkan oleh tabung tsb akan menjadi distorsi. 
Dari gambar ini bisa disimpulkan bahwa jika anda hendak membeli power amplifier tabung impor untuk dioperasikan di Indonesia, belilah yang tegangan kerja memang 220V agar anda bisa mendapatkan kualitas terbaik.




Gambar2 di atas menampilkan skema yang dipersingkat dari sebuah amplifier tabung yang dirancang untuk bekerja pada tegangan 230V.
Ketika mendapat supply 220V, tegangan filament akan turun sampai 6V, pada situasi ini emisi pada tabung akan bekurang, sebaliknya ketika mendapat supply 240V, tegangan filament akan naik sampai 6.57 volt dan emisi menjadi berlebih. Pada tegangan 220V maupun 230V jelas filament bekerja pada tegangan yang tidal optimal karena pada tegangan kerja 220V tabung akan kekurangan emisi dan sebaliknya pada tegangan 240V tabung akan kelebihan emisi. 





Pada gambar3 di atas, power amplifier tabung dirancang untuk bekerja pada 240V, dan pada nilai ini, tegangan filament yang keluar pada sekunder trafo akan tepat berada di 6.3V dan tabung tentunya akan bekerja optimal. Akan tetapi ketika tegangan menjadi 230V atau pun 220V, maka tegangan filament akan menjadi lebih rendah dari 6.3V, pada kondisi ini tabung akan kekurangan emisi, dan tentunya kualitas suara yang akan dihasilkan oleh power amplifier tabung tidak akan optimal pula.



Apa yang sesungguhnya terbaik bagi kita 

Yang terbaik bagi kita tentunya adalah peralatan yang di set untuk bekerja pada tegangan sesuai dengan tempat dimana kita tinggal. Bagi kita di Indonesia tentunya peralatan yang di set untuk bekerja pada tegangan 220V adalah yang terbaik, karena listrik PLN di Indonesia adalah 220V bukannya 230V.
Jika anda tinggal di Australia, yang terbaik bagi anda adalah peralatan yang di set untuk bekerja pada tegangan 240V, jika anda tinggal di Amerika yang terbaik bagi anda adalah peralatan yang di set untuk bekerja pada tegangan 120V, jika anda tinggal di Perancis atau Jerman yang terbaik bagi anda adalah peralatan yang di set untuk bekerja pada tegangan 230V dan seterusnya.


Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi anda.

*sumberhttp://www.sap.or.id
»»  Baca Selengkapnya...